Informasi Terbaru

Senin, 14 Oktober 2013

Materi Desain dan Metode Evaluasi

MAKALAH
DESAIN DAN METODE EVALUASI

Oleh
Anisa Widya Lestari               (110141405802)
Dian Eka Setiawati                 (110141411014)
Dwi Wahyu Riwanti                (110141411044)
Rizka Mar’atul Khasannah     (110141404781)


 

1.        Metode-metode Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Campbell (1963), Anderson and Ball (1978), Knox (1980), Babbie (1986), Fowles (1984), Mc Taggart (1993) dan Crasswell (1994), metode-metode evaluasi program adalah sebagai berikut:
a.         Metode Historis
Digunakan dalam evaluasi untuk merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, melalui kegiatan pengumpulan, verifikasi, dan sintesis bukti-bukti dengan maksud untuk menegakkan fakta dan informasi sehingga diperoleh kesimpulan yang akurat.
b.        Metode Survey
Digunakan dalam evaluasi untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
c.         Metode Pengembangan
Digunakan untuk mengkaji pola dan urutan pertumbuhan, perubahan, dan atau perkembangan berdasarkan fungsi waktu.

d.        Metode Kasus
Digunakan untuk mempelajari secara intensif tentang latarbelakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan, dapat digunakan baik untuk semua unit sosial seperti individu, kelompok, lembaga, komunitas maupun peristiwa, keadaan, dan sebagainya.
e.         Metode Korelasional
Digunakan dalamevaluasi untuk mendeteksi sejauhmana variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih faktor lain berdsarkan koefisien korelasi.
f.         Metode Kausal Komparatif
Digunakan dalam evaluasi untuk mengetahui kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara pengamatan terhadap akibat yang ada dengan mencari faktor-faktor penyebabnya.
g.        Metode Eksperimen Sungguhan
Digunakan dalam evaluasi untuk mengkaji kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen serta membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenal kondisi perlakuan.
h.        Metode Eksperimen Semu
Digunakan dalam evaluasi untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh data sebenarnya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi variabel yang relevan.
i.          Metode Tindakan
Digunakan dalam evaluasi untuk mengembangkan upaya pemecahan masalah situasional di lapangan yang dilakukan secara partisipatif, kolaboratif, berdaur dan evaluasi diri dengan penerapan langsung di lapangan atau dalam dunia kehidupan nyata.
j.          Metode Pencandraan Masa Depan
Digunakan dalam evaluasi untuk mencandra berbagai keadaan atau peristiwa yang mungkin (possible), dapat (probable) dan atau diharapkan (preferable) terjadi di masa depan berdasarkan fakta-fakta yang ada pada kondisi saat ini dan kecenderungan perubahan lingkungan.
k.        Metode Asesmen Ketenagaan
Digunakan dalam evaluasi untuk memperoleh informasi mengenai jumlah dan mutu personalia sebagai penyelenggara, pengelola, dan pelaksana kegiatan. Mutu personalia mencakup kompetensi, kondisi psikis yaitu pengetahuan sikap dan keterampilan, serta kondisi fisik yaitu kesehatan, jenis kelamin, usia dan sebagainya.
l.          Metode Keputusan Ahli Secara Sistematis
Digunakan dalam evaluasi untuk mengetahui proses pengambilan keputusan oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu tentang penetuan alternatif pemecahan suatu masalah.
m.      Metode Kesaksian (pengamatan) Informal
Digunakan dalam evaluasi dengan menyaksikan atau mengikuti informasi secara informal melalui tayangan media masa baik media elektronik maupun media cetak. Seringkali hasil kesaksian ini menjadi masukan untuk pengambilan keputusan dalam melakukan upaya pemecahan maalah dan pelayanan kepada masyarakat.

2.        Metode Evaluasi Program yang Dipilih
Metode- metode yang akan dibahas adalah metode yang paling banyak digunakan dalam evaluasi program pendidikan. Metode evaluasi program yang akan dibahas selanjutnya adalah sebagai berikut:
a.        Metode eksperimen sungguhan
b.       Metode eksperimen semu
c.        Metode survei
d.       Metode korelasional
e.        Metode asesmen ketenagaan
f.        Metode keputusan para ahli
g.       Metode studi kasus
h.       Metode kesaksian (pengamatan) informal
i.         Metode kaji tindak

3.        Penggunaan Metode Evaluasi Program
Berikut akan diuraiakn tentang gambaran umum penggunaan metode-metode evaluasi program
a.        Metode Eksperimen
Metodde eksperimen akan tepat digunakan apabila evaluator ingin mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan efektivitas program. Metode ini juga cocok digunakan apabila evaluator mengharapkan bahwa temuannya dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, metodologi evaluasi dan pemecahan masalah di lapangan.
Metode ini tidak digunakan untuk mengevaluasi program pendidikan masa lalu, menggambarkan program pada masa kini, atau membandingkan sebab akibat antara variabel-variabel dalam situasi yang tidak terkontrol. Metode eksperimen adalah evaluasi secara sistematis dengan memanipulasi variabel-variabel yang dieksperimen, kemudian mengamati gejala-gejala yang timbul dalam situasi yang terkontrol
Rancangan evaluasi dengan menggunakan metode eksperimen memuat berbagai patokan:
1)        Variabel bebas (independent variable) disebut juga variabel yang dieksperimen (experimental variable), perlakuan (treatment), atau variabel yang mempengaruhi. Simbul variabel bebas adalah X.
2)        Variabel terikat (dependent variable), disebut juga va
Iabel tergantung, variabel yang dipengaruhi atau variabel yang diramalkan (predicted variable). Variabel terikat merupakan akibat dari dimanipulasikannya variabel bebas. Variabel terikat diberi simbul dengan huruf Y.
3)        Variabel luar (extranuous variable) atau variabel senyawa (conpounding variable).
4)        Evaluator adalah orang yang melakukan eksperimen Eksperimenter.
5)        Subyek yang dikenai eksperimen seperti orang, hewan, tanaman, benda akam atau ciptaan manusia.
6)        Kelompok eksperimental (experimental group) yaitu kelompok yang dikenai X (variabel bebas) dan ingin diselidiki dalam eksperimen.
7)        Kelompok kontrol (control group), yaitu kelompok yang tidak dikenai X, atau kelompok yang dikenai X lain sebagai pembanding.
8)        Tes-awal atau tes-wiwitan (pretest) yang diberikan kepada subyek sebelum eksperimen dimulai, dan diberi simbul T1 (tes pertama).
9)        Tes-akhir atau tes-wekasan (post-test) yang diberikan kepada subyek pada akhir eksperimen, dinyatakan dengan simbul T2 (tes kedua).
10)    Populasi dan sampel. Populasi menunjukkan keseluruhan subyek yang dikenai eksperimen, sedangkan sampel adalah bagian (cuplikan) yang dipilih secara acak dari populasi dan dipandang mewakili populasi.

Keajegan (validitas) eksperimen mencakup validitas internal (internal validity) dan validitas eksternal (external validity). Validitas inetrnal ditentukan oleh sejauhmana variabel terikat (Y) benar-benar merupakan akibat dari perlakuan variabel bebas (X), bukan akibat dari perlakuan variabel-variabel lain (extranuous variable) yang mencampuri.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi validitas internal adalah:
1)        Contemporary history, yaitu pengalaman, selain X, yang diterima oleh subyek di luar situasi eksperimen.
2)        Maturation, yaitu kematangan subyek dalam memahami materi yang diekperimenkan sebagai akibat dari perubahan usia, perkembangan cara berpikir, tambahan pengalaman dan sebagainya yang dilami oleh subyek pada saat eksperimen berlangsung.
3)        Oretesting effect, yaitu pengalaman subjek pada saat mengikuti tes awal, yang berdasarkan pengalaman itu subjek dapat mengikuti tes akhir dengan lebih baik lagi sehingga hasilnya berubah secara drastis pada rata-rata hasil tes akhir.
4)        Measuring instrument, yaitu perubahan alat pengukur yang digunakan pada tes akhir jauh berbeda dengan alat ukur yang dugunakan pada tes awal. Demikin pula perubahan ini dapat terjadi apabila terdapat penggantian penilai, perbedaan situasi ruangan dan waktu tatkala tes dilangsungkan dan lain sebagainya.
5)        Statistical regression, yaitu kecenderungan skor yang diperoleh pada tes awal menuju ke arah skor rata-rata kelompok pada saat mengikuti tes akhir. Artinya, subjek yang skornya ekstrim rendah pada tes awal cenderung untuk naik pada tes akhir, sebaliknya subjek yang skornya ekstrim tinggi pada tes awal cenderung akan menurun pada tes akhir. Dengan demikian subjek-subjek yang memiliki skor ekstrim rendah atau ekstrim tinggi pada tes awal akan mengarah pada skor rata-rata pada tes akhir.
6)        Differential selection of subject, yaitu adanya perbedaan hasil rata-rata tes akhir antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, setelah kelompok eksperimen dikenai perlakuan (X), yang disebabkan oleh keadaan kedua kelompok memang berbeda sebelum dikenai X. Hal ini dapat terjadi karena ketidak cermatan dalam menyusun kedua kelompok yang seharusnya menggunakan kriteria yang sama.
7)        Experimental mortality, yaitu apabila subjek (S) yang memiliki skor ekstrim tinggi atau rendah pada saat tes awal ternyat keluar (drop out) selama eksperimen sehingga pada saat tes akhir beberapa subjek yang memiliki skor nilai yang ekstrim hilang dari kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. Singkatnya, apabila ketujuh faktor di atas tidak berpengaruh terhadap eksperimen atau dapat diatsi dalam eksperimen maka eksperimen tersebut memiliki validitas yang tinggi.
Sedangkan valididitas eksternal ditentukan oleh sejauh mana hasil yang diperoleh kelompok dalam eksperimen berlaku pula untuk kelompok-kelompok yang sama di luar eksperimen. Faktor utama yang mempengaruhi validitas eksternal adalah ketepatan dalam memilih sampel sehingga sampel tersebut benar-benar mewakili populasinya. Prosedur untuk menjamin ketepatan dalam pemilihan sampel ialah dengan menggunakan pilihan secara acak (random) sehingga setiap individu dalam kelompok mempunyai kesempatan (chance) yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Rancangan (desiain) eksperimen terdiri atas 8 macam yang dapat dikelompokkan ke dalam dua ketegori yaitu metode eksperimen sungguhan dan metode eksperimen semu.  Kedelapan rancanagan itu akan diuraikan sebagai berikut:
1)        Metode Eksperimen Sungguhan
Evaluasi prograode eksperimen sum dengan menggunakan mencakup pola-pola sebagai berikut:
a)        Pola Rancangan Terkontrol Sepenuhnya (Rigorous Control)
1.      Rancangan tes awal dan tes akhir dengan menggunakan kelompok kontrol secara acak (Randomized Control Group Pretest-Posttest Design).
Rancangan ini tergolong baik karena dapat mengontrol hampir semua faktor yaitu sejarah yang dialami subjek, perubahan kedewasaan berpikir subjek dalam mengikuti perlakuan, pengaruh tes awal terhadap tes akhir, dan pengukuran. Faktor kematangan (maturation) dapat dikontrol, dan kalaupun faktor kematangan itu ada maka faktor itu tidak akan menjadi masalah karena akan terdapat pada kedua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2.      Rancangan Empat Kelompok secara Random (Randomized Solomon Four- Group Design)
rancangan ini dapat mengontrol hampir semua faktor sebagaimana pada rancangan sebelumnya. Kelemahannya adalah kesukaran dalam memilih empat kelompok yang mempunyai indikator yang sama dan ciri- ciri yang sama.
3.      Rancanga Tes akhir dengan Kelompok Kontrol secara Acak (Randomized Control-Group Posttest Design Only).
Rancangan ini dapat mengontrol semua faktor. Penggunaannya ialah apabila kondisi dan fasilitas tidak memungkinkan untuk mengadakan tes awal, dan populasi cukup besar. Pemilihan dua kelompok secara random relatif mudah.
b)        Metode eksperimen semu (Quas-i Eksperiment)
1.      Pola rancangan kurang terkontrol (Minimal Control)
Metode eksperimen kurang terkontrol termasuk ke dalam metode eksperimen semu. Metode ini terdiri atas rancangan yang dikenal pula dengan istilah “One-Group Pretest Posttest Design, atau disebut pula One Shot Case Study (studi kasus sekali tuntas).
2.      Rancangan terkontrol sebagian (Partial Control)
Rancangan evaluasi ini tepat digunakan apabila sukar untuk mendapatkan dua kelompok yang sama secara random sebagai sampel dalam populasi. Dalam rancangan pemilihan dua kelompok atau lebih dilakukan tanpa menggunakan random. Rancangan evaluasi yang terkontrol sebagaian adalah sebagai berikut:
a.       Rancangan Tes Awal dan Tes Akhir dalam Kelompok Tanpa Acak (Non-randomized Control-Group Pretest-Posttest Design)
Dalam rancangan ini penentuan subjek tidak dilakukan secara random, melainkan ditetapkan dua kelompok subjek yang diperlakukan sama. Rancangan ini dapat mengontrol sebagian besar faktor, dapat digunakan apabila tes awal harus dilakukan. Apabila rata- rata hasil tes awal diperlukan maka hasil tes awal menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai nilai tes yang sama.
b.      Rancangan Penyeimbang (Counter-Balanced Design)
Sekalipun penentuan subjek tidak dilakukan secara random, namun rancangan evaluasi ini dapat mengontrol sebagian besar faktor, karena diadakan perputaran (rotasi) antar kelompok.
c.       Rancangan Serial Waktu dalam Satu Kelompok (One Group Time-Series Design)
Rancangan evaluasi ini dapat mengatasi kelemahan rancangan design (1) dalam mengontrol faktor kematangan (maturation) dan pengaruh tes awal (pre-testing effect), tetapi tidak dapat mengontrol faktor sejarah (history).
d.      Rancangan Serial Waktu dengan Kelompok Kontrol (Control-Goup Time Series Design)
Rancangan evaluasi ini hampir sama dengan rancangan nomor (3). Namun, dalam rancangan ini digunakan kelompok perbandingan (control group) yang tidak dikenai X. Rancangan evaluasi ini dapat mengatasi kelemahan yang dikemukakan pada rancangan nomor (3), yaitu dapat mengontrol faktor sejarah.

2)      Metode Korelasional
Metode korelasional digunakan dalam evaluasi program yang mengkaji hubungan antara satu atau beberapa variabel dengan variabel lain dalam program pendidikan luar sekolah. Variabel yang digunakan untuk memprediksi adalah variabel bebas (independet variable) atau variabel prediktor. Sedangkan variabel yang diprediksi disebut variabel terikat (dependent variable) atau kriteria (criterium variable).
Karakteristik evaluasi korelasional:
1.      Menghubungkan antara dua variabel atau lebih
2.      Tingkatan atau besarnya hubungan berdasarkan koefisien korelasi
3.      Data kuantitatif
4.      Tidak dilakukan perlakuan atau manipulasi sebagaimana dalam metode eksperimen.
Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui tentang sejauh mana variabel- variabel dalam suatu faktor mempunyai keterkaitan dengan variabel- variabel pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
Penggunaan metode evaluasi korelasional antara lain dalam:
1.      Mengkaji saling hubungan antar skor tes awal calon peserta pelatihan dalam jabatan (prae-service training) dengan indeks prestasi lulusan pelatihan tersebut
2.      Menganalisis faktor beberapa tes kepribadian calon tutor
3.      Mengkaji tentang prediksi keberhasilan belajar pada sanggar seni drama berdasarkan bakat
4.      Mengkaji hubungan antara skor nilai hasil belajar lulusan paket C dengan prestasi belajar di perguruan tinggi.
Metode korelasional akan cocok dilakukan dalam evaluasi program, apabila:
1.      Variabel- variabel yang dievaluasi adalah kompleks sehingga tidak tepat dievaluasi dengan menggunakan metode eksperimen
2.      Memungkinkan pengukuran beberapa variabel serta saling hubungannya yang dilakukan secara bersamaan
3.      Hasil evaluasi dinyatakan dengan tinggi rendahnya saling hubungan, bukan ada atau tidak adanya hubungan
Langkah- langkah evaluasi dengan menggunakan metode korelasional adalah:
1.      Mengidentifikasi masalah
2.      Studi kepustakaan
3.      Merancang kegiatan operasional evaluasi yaitu:
4.      Mengumpulkan data
a.       Mengidentifkasi variabel- variabel yang relevan
b.      Menenukan subjek yang dievaluasi
c.       Memilih dan menyusun alat pengukuran yang cocok
d.      Memilih teknik korelasional yang cocok dengan masalah yang dikaji
5.      Mengolah (menganalisis, menginterpretasi, dan menyimpulkan) data
6.      Melaporkan hasil evaluasi

3)      Metode Survei
Metode survei digunakan dalam evaluasi program dengan maksud menjajagi, mengumpulkan, menggambarkan, dan menerangkan aspek- aspek yang dievaluasi. Dalam kegiatan menjajagi, mengumpulkan, menggambarkan data, metode ini berguna untuk mengungkap situasi atau peristiwa dari akumulasi informasi yang deskriptif. Metode ini tidak mengharuskan untuk selalu mencari atau menjelaskan hubungan- hubungan, mentes hipotesis, membuat prediksi, atau mecari makna dan implikasi. Survei mungkin menjadi metode yang terbaik bagi pakar ilmu- ilmu sosial yang berminat dalam pengumpulan data secara langsung untuk menggambarkan populasi yang besar. Metode ini pun sangat cocok untuk mengungkap sikap dan orientasi populasi yang besar jumlahnya.
Metode survei dapat mejadi bagian dari metode deskriptif, dan digunakan dalam evaluasi dengan mengumpulkan data dari sampel dengan menggunakan instrument pengumpulan data, yaitu angket dan/ atau wawancara, sehingga hasil pengolahan data dapat mewakili populasi yang relatif besar jumlahnya.
Tujuan survei, menurut Isaac dan Michael (1972) adalah:
1.      Untuk mengumpulkan rincian informasi faktual dan untuk menggambarkan fenomena yang ada.
2.      Untuk mengidentifikasi permasalahan atau memunculkan kondisi yang ada dan kegiatan yang sedang berlangsung
3.      Untuk membandingkan fenomena
4.      Untuk mengetahui apa yang dikerjakan pihak lain terhadap masalah atau situasi yang bersamaan dan manfaat yang diperoleh dari pengalaman mereka untuk kepentingan penyusunan rencana yang akan datang. Selain itu survei bertujuan untuk mecari data faktual dan rinci tentang berbagai gejala yang ada secara menyeluruh. 
Karakteristik metode survei adalah:
1.      Data dapat dikumpulkan dari seluruh populasi atau dari sampel dalam populasi tersebut
2.      Pengumpulan data terhadap fakta yang sama
3.      Penggunaan data hasil survei dibatasi oleh ruang dan waktu dalam memecahkan maslah yang situasional
4.      Data yang dikumpulkan pada umumnya kuantitatif
Apabila dibandingkan dengan metode- metode lain, survei menurut Babbie (1986), memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan
Keunggulan
1.      Kegunaannya untuk menggambarkan karakteristik populasi yang besar jumlahnya.
2.      Metode survei luwes penggunaannya. Pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan suatu topik, misalnya kebutuhan belajar masyarakat miskin di suatu daerah, akan memungkinkan bagi evaluator untuk menganalis data secara luwes.
Kelemahan
1.      Syarat standaardisasi instrumen sering menimbulkan kekakuan dalam penggunaan instrumen tersebut.
2.      Survei seolah- olah mensyaratkan bahwa rancangan studi tidak harus berubah selama metode ini sedang digunakan.
3.      Survei pada umumnya lemah dalam validitas walaupun memiliki kekuatan dalam reabilitas.
Contoh penggunaan metode survei adalah:
1.      Sensus kebutuhan belajar dan potensi pembelajaran di daerah pedesaan
2.      Jumlah warga belajar program- program pendidikan luar sekolah di seluruh wilayah indonesia.
3.      Jumlah lulusan satuan pendidikan formal yang tidak mampu berwirausaha
4.      Pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun pada masyarakat miskin
5.      Daya serap pendidikan formal dan pendidikan nonformal terhadap penduduk usia sekolah untuk mengikuti program pembelajaran
6.      Sikap dan perilaku tetang kepedulian para pengusaha terhadap pendidikan, dan sebagainya.

4)      Metode Asesmen Ketenagaan
Evaluasi dengan menggunakan metode asesmen personalia (ketenagaan) sering dilakukan oleh evaluator dalam evaluasi program melalui penggunaan pola eksperimen sungguhan dan/ atau eksperimen semu. Tujuan asesment ketenagaan
1.      Tujuan umum assesmen ialah untuk menghimpun data ketenagaan yang terlibat dalam program pendidikan luar sekolah dan sebagai engaruh program pendidikan luar sekolah.
2.      Tujuan khusu asesment adalah menghimpun data tentang kompetensi, sikap, kondisi fisik dan psikis, dan karakteristik tenaga- tenaga yang terlibat dalam pelaksanaan program.
Hasil asesmen personalia sering bermanfaat pula untuk menggambarkan karakteristik peserta didik yang terus mengikuti suatu program yang dievaluasi atau peserta didik yang berada dalam suatu kelompok kontrol dan karakteristik peserta didik yang dropout. Hasil asesmen digunakan untuk menggambarkan karakteristik pengelola dan pelaksan yang terus mengikuti program atau yang tidak berhubungan lagi dengan program dalam tenggang waktu tertentu, misalbya dalam tenggang waktu satu triwulan, enam bulan dan satu tahunan.
Teknik pengambilan sampel dalam asesmen personalia serupa dengan sampling dalam metode survei. Pernyataan- pernyataan khusu dan teknik sampling dengan matrik dapat digunakan dengan maksud untuk menjaga agar setiap orang atau setiap kelompok tidak usah dikenai asesmen dalam semua segi.
5)      Metode Keputusan Ahli Secara Sistematik
Evaluasi prgram mengandung arti konseptual dan operasional. Pengertian ini memberikan arah bahwa keputusan merupakan inti dari proses dan hasil evaluasi. Peranan evaluator bukan semata- mata pada kegiatan mengumpulkan data melainkan pula dalam menyajikan data sebagi masukan bagi pengambilan keputusan. Dalam keputusan ahli secara sistematik (systematic Expert Judgement) maka pemahaman evaluator metode riset ilmu- ilmu sosial dan pengukurannya sangat diperlukan. Evaluator harus memutuskan pilihannya mengenai metode- metode evaluasi dan pengukuran yang akan digunakan, memperhatikan tujuan- tujuan evaluasi program, dan memantau situasi lingkungan dalam dan lingungan luar suatu program yang akan atau sedang dievaluasi.
Dalam menggunakan metode ini, evaluasi program dilakukan oleh suatu tim ahli yang dipilih dari berbagai pakar ilmu dan para evaluator. Keputusan tim ahli merupakan informasi penting untuk masukan bagi pengambilan keputusan tentang upaya menghentikan, melanjutkan, memperluas atau memodifikasi program. Para ahli dari berbagai bidang terkait dapat membantu menilai kebijakan tentang hubungan antara masyarakat dan lembaga yang melaksanakan program. Keputusan tim ahli penting dipertimbangkan oleh lembaga penyelenggara, pengelola dan pelaksana program serta oleh evaluator program pendidikan.
Keputusan ahli secara sistematis yang digunakan dalam evaluasi program berkaitan dengan inferensi tentang program dan efektivitas komponen, proses dan tujuannya. Keputusan ahli yang ditarik dari berbagai hasil evaluasi program sangat bermanfaat bagi para pengambilan keputusan. Keputusan ahli dapat pula digunakan sebagai alat untuk membuat generalisasi tentang efektivitas suatu intervensi sosial, ekonomi, atau pendidikan terhadap program yang sedang berjalan dan untuk menyediakan data bagi pembuat keputusan berdasarkan sejumalah pengalaman dalam mengevaluasi berbagai program pendidikan.

6)      Metode Studi Kasus (Studi Klinis)
Studi kasus dapat diartikan sebagai kajian analitis dan deskriptif secara mendalam dan rinci tentang suatu program yang diselenggarakan oleh perorangan, organisasi, lembaga atau masyarakat dalam konteks lingkungan tertentu (Anderson, 1975: 460. Evaluasi program yang menggunakan studi kasus bertujuan untuk mengkaji secara intensif latar belakang keadaan saat ini dan interaksi situasi lingkungan unit sosial tertentu yang meliputi kasus tertentu seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas dalam masyarakat. Kajian ini berkaitan dengan segala hal yang bermakana dalam  perkembangan kasus dengan maksud untuk memahami siklus atau bagaian siklus kehidupan kasus tertentu.
Karakteristik studi kasus adalah:
1.      Mendeskripsikan subjek penelitian (individu, kelompok, lembaga, komunitas) dalam keseluruhan fenomena perilakunya
2.      Mencermati kasus secara mendalam dan menekankan pendekatan longitudinal selama kurun waktu tetentu
3.      Berkaitan dengan upaya pemecahan masalah
4.      Dibanding dengan metode survei yang mengkaji sebagian variabel dari unit kecil dengan berbagai variabel dan kondisi yang lebih luas.:
Studi kasuspun berguna untuk:
1.      Untuk memberikan informasi yang sangat berfaidah bagi perencanaan evaluasi program yang lebih luas
2.      Memberikan penjelasan seperti contoh atau ilustrasi mengenai temuan lapangan yang digeneralisasikan secara statistik
3.      Kegiatan tindak lanjut hasil evaluasi program
Tahapan pokok evaluasi program dengan menggunakan studi kasus:
1.      Merumuskan tujuan- tujuan evaluasi yang ingin dicapai
2.      Menyusun rancangan, pendekatan, instrumen, dan langkah- langkah untuk mencapai tujuan- tujuan evaluasi
3.      Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data
4.      Melakukan pelaporan studi kasus

7)      Metode Kesaksian (Pengamatan) Informal
Evluasi program dengan menggunakan kesaksian (pengamatan) informal hingga saat ini sering digunakan. Kesaksian adalah induk dari berbagai perencanaan dan evaluasi program, seperti program vaksinasi, program kesehatan masyarakat, dan gerakan pembangunan masyarakat. Kesaksian kadang- kadang didahului oleh pengamatan informal. Program pembangunan masyarakat di daerah kumuh dan gerakan mengentaskan kemiskinan serta memerangi kebodohan, sering lebih diilhami oleh tayangan dalam media massa seperti drama dalam siaran televisi, percakapan melalui siaran radio, dan cerita bersambung dalam media cetak dan sebagainya dibandingkan dengan inspirasi dari evaluasi ilmiah yang dianggap rumit atau keputusan para ahli yang harus ditunggu lama.
 Setelah suatu program dibiayai dengan menggunakan dana dari pemerintah dan kemudian program itu dilaksanakan, maka evaluasi program pada umumnya diarahkan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah sebagai pemberi bantuan dana dan/ atau lembaga legislatif yang berkaitan dengan program tersebut. kualitas evaluasi akan bervariasi sesuai dengan keragaman kepentingan lembaga yang membiayai program. Pemberi dana melakukan pemantauan terhadap kegiatan evaluasi program, dan menggunakan hasil evaluasi untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang penghentian, perluasan, perbaikan atau tindak lanjut program.

8)      Metode Kaji Tindak
Evaluasi pendidikan luar sekolah dapat menggunakan metode kaji tindak atau disebut pula metode tindakan kaji tindak. Beberapa pakar evaluasi mengartikan kaji tidak dengan batasan yang berbeda- beda tetapi mempunyai kaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Cohen dan Mantion (1980) menyatakan bahawa kaji tindak adalah evaluasi tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan yang cermat terhadap pengaruh tersebut. sedangkan Elliot (1991) memberi batasan bahwa kaji tindak adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada di dalamnya, seluruh prosesnya, yang meliputi telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan dampak serta menjalin hubungan yang diperlukan antara kegiatan evaluasi diri (self evaluation) dan perkembangan profesional.
Karakteristik kaji tindak, menrut D. Sudjana (2002) adalah:
a.       Kajian dilakukan oleh para pelaku dari dalam suatu kegiatan (an inquiry on pratice from within). Misalya kegiatan pembelajaran yang mengaitkan antara kurikulum (tujuan pembelajaran, bahan belajar, metode- teknik dan media pembelajaran, dan alat evaluasi hasil belajar) dengan pendidik, peserta didik dan lingkungan alam, sosial budaya, dan kelembagaan.
b.      Berorientasi pada maslah situasional. Masalah ini ditelaah dan didiagnosis dalam konteks tertentu.
c.       Kolaboratif yang dilakukan oleh evaluator bekerjasama dengan pihak- pihak lain, yaitu dengan tenaga- tenaga dari instansi dan lembaga terkait, tokoh masyarakat, pendidik dan sebagainay
d.      Partisipatif, evaluastor sebagai pelaku kaji tindak melibatkan subjek yang dievaluasi seperti peserta didik atau masyarakat setempat dalam proses identifikasi masalah, kebutuhan, dan potensi- potensi serta kegiatan perancanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan.
e.       Berdaur (cyclical) dalam arti bahwa kaji tindak dilakukan secara berkelanjutan (continuity) berdasarkan hasil self group evaluation terhadap perencanaan, proses pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan atau perlakuan
f.       Kegiatan kaji tindak mecakup rencana (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection)

Keguanaan kaji tindak secar umum adalah untuk menghasilkan inovasi yang diharapkan dapat memiliki keuntungan relatif (relative advantages), kecocokan dengan kebutuhan dan budaya setempat (compability), keragaman (complexity), dapat dicoba (triability), dan dapat diobservasi (observabilty). Secara khusus, kaji tindak dapat: (a) memberayakan diri setiap orang yang terlibat dalam kegiatan sehingga kepercayaan terhadap dirinya meningkat untuk mengambil prakarsa profesional dalam melakukan perbaikan, perluasan, peningkatan, atau pembaharuan program, (b) dapat terjadi saling membelajrkan antar peserta dalam kaji tindak dengan cara mengalami (mutually experiential learning), (c) lembaga penyelenggara kaji tindak dapat menjebatani antara situasi kegiatan dalam kaji tindak dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat, dan (d) masyarakat sendiri dapat menerima pengaruh, langsung atau tidak langsung, dari kegiatan kaji tindak untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Berdasarkantahapan kaji tindak di kelas yang dikembangkan Riyanto (2001) maka berikut ini dikemukakan langkah- langkah sebagai berikut:
1.      Melakukan identifikasi, evaluasi, formulasi masalah yang dipandang kritis dalam pembelajaran
2.      Melakukan diskusi pendahuluan dan perundingan diantara kelompok yang berminat atau terlibat dalam kaji tindak, seperti guru, evaluator, sponsor, advisor yang diakhiri dengan penyusunan draf usulan dan persoalan- persoalan yang perlu dijawab
3.      Melaksanakan kajian pustaka yang relevan dari buku, jurnal, internet dan sebagainay yang berhubungan deangan sasaran, prosedur dan masalahnya.
4.      Memodifikasi atau meredefinisi rumusan msalahnya; mungkin muncul hipotesis yang dapat diuji
5.      Memilih prosedur evaluasi, penetapan sampel, administrasi evaluasi dan kegiatannya, pemilihan bahan belajar, metode- teknik dan media pembelajaran, lokasi sumber dan tenaga.
6.      Memilih prosedur evaluasi kaji tindak, sasaran evaluasi dengan prnsip kontuitas
7.      Melaksanakan kaji tindak dengan siklus refleksi, perencanaan, tindakan dan observasi, dan refleksi kembali
8.      Melakukan pemaknaan data, penarikan infernsi, evaluasi seluruh kegiatan kaji tindak, serta mendiskusikan penemuan kaji tindak berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

2 komentar:

  1. terima kasih...materi ini dapat saya bagikan dan diskusikan dengan teman2 saya..terima kasih...wasallam

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas ilmunya, semoga yang membuat mendapatkan pahala dr allah aamiin

    BalasHapus